Banjarmasin Darurat Sampah: Walikota Baru Hadapi Krisis Lingkungan dan Tantangan Kolosal

oleh
oleh
Banjarmasin
Banjarmasin Darurat Sampah: Walikota Baru Hadapi Krisis Lingkungan dan Tantangan Kolosal. (Foto: Prokom Banjarmasin)

KALSELMAJU.COM, BANJARMASIN – Kota Seribu Sungai kini berubah wajah menjadi kota darurat sampah. Warga Banjarmasin harus menghadapi kenyataan pahit harus menghirup bau busuk, dengan pemandangan tumpukan limbah di beberapa lokasi. Tak hanya itu, potensi krisis lingkungan pun kian mengancam kualitas hidup masyarakat.

Sejak Kementerian Lingkungan Hidup menyegel Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Basirih awal Februari 2025. Karena keliru penanganan sehingga mencemari lingkungan, krisis pengelolaan sampah ini tidak terkendali.

Di tengah gempuran permasalahan ini, sosok Muhammad Yamin sebagai Walikota baru berada di bawah sorotan tajam.

Pengamat Politik dan Pemerintahan Daerah dari FISIP ULM Banjarmasin, Gazali Rahman, menegaskan bahwa solusi atas masalah ini tak bisa berjalan secara parsial.

“Kita butuh aksi kolektif. Ini bukan cuma urusan Walikota atau DPRD, tapi seluruh elemen masyarakat harus terlibat” tegasnya.

Ia menyampaikan Banjarmasin, kota yang berdiri di atas lahan rawa dan berjuluk Kota Seribu Sungai, justru kian terpuruk oleh sampah yang menyumbat aliran air, memperparah banjir dan menurunkan kualitas lingkungan.

Krisis ini tak hanya mengancam citra kota, tetapi juga menjadi alarm keras bagi masa depan warganya.

Solusi jangka panjang, lanjutnya kolaborasi regional menjadi kunci Konsep Banjar Bakula—yang menghubungkan Banjarmasin dengan Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Barito Kuala, dan Tanah Laut—harus digerakkan bukan hanya soal transportasi, tetapi juga pengelolaan sampah, banjir, dan kepadatan penduduk.

“Kita ini satu kawasan, masalah satu daerah bisa menular ke daerah lain,” jelas Gazali.

Menurut nya lagi Muhammad Yamin harus berani membuat keputusan tidak populer, tetapi strategis. Tata kelola lingkungan harus terintegrasi dengan penataan kota, sarana prasarana kebersihan, dan kontrol terhadap limbah industri.

Ia menambahkan momentum kepemimpinan baru ini adalah titik balik. Saatnya semua bergerak. Pemerintah tak bisa sendiri, tapi juga tidak bisa hanya menuntut partisipasi tanpa arah.

Visi jangka panjang, aksi nyata, dan komitmen lintas generasi menjadi harga mati jika Banjarmasin ingin bangkit dari reruntuhan sampahnya.

Visited 1 times, 1 visit(s) today