KALSELMAJU.COM, PARINGIN – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Balangan bersiap mengalihkan fokus ke musim kemarau. Setelah berakhirnya musim hujan. Saat ini, Kabupaten Balangan masih berada dalam masa transisi atau musim pancaroba.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Balangan, H. Rahmi, menyampaikan bahwa berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), perkiraan musim kemarau pada akhir Juni atau awal Juli 2025.
“BMKG memperkirakan puncak musim kemarau akan terjadi pada akhir Juli hingga Agustus. Jadi, saat ini kita masih dalam masa peralihan atau pancaroba,” ujar Rahmi, Sabtu,(14/6/2025).
Ia menambahkan, dalam upaya mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi musim kemarau, BPBD Balangan telah menjalin sinergi dengan berbagai pihak. Salah satu pihak yang terlibat adalah Polres Balangan.
Salah satu bentuk kolaborasi tersebut adalah kegiatan apel siaga oleh Polres. Kegiatan ini sebagai bagian dari upaya penanggulangan bencana di tingkat lapangan.
“Polres turut bergerak dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana, terutama di wilayah-wilayah yang rentan.
Kami juga bekerja sama dalam hal pendistribusian informasi kepada masyarakat,” jelasnya.
Rahmi juga mengungkapkan bahwa hingga saat ini belum ada arahan resmi dari Gubernur Kalimantan Selatan. Arahan tersebut terkait penetapan status siaga darurat kekeringan.
Namun, BPBD terus melakukan pemantauan, kajian cepat, dan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menentukan langkah-langkah yang diperlukan.
“Apabila nantinya ditemukan indikasi atau kejadian yang mengarah pada bencana kekeringan, maka kita akan segera menetapkan status siaga atau tanggap darurat. Penetapan ini sesuai prosedur,” ucapnya.
BPBD juga telah mengingatkan masyarakat, khususnya para petani, untuk memperhatikan informasi cuaca dan iklim. Hal ini harus dilakukan sebelum memulai aktivitas pertanian di musim kemarau.
Penyebarluasan informasi tersebut melalui media cetak, online, dan aplikasi daring.
“Harapannya, masyarakat lebih waspada dan tidak salah waktu dalam menentukan masa tanam. Kami juga memanfaatkan aplikasi pemantauan hotspot dan cuaca untuk memperkirakan potensi kebakaran lahan maupun dampak kekeringan,” tutupnya.