KALSELMAJU.COM, BANJARBARU – Dinamika politik menjelang pemungutan suara ulang (PSU) Pilkada Banjarbaru berlasungsung cukup sengit. Pengamat Politik dan Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Dr. Taufik Arbain, serta Lisa Wartono, menilai hal tersebut.
Menurutnya, menarik mencermati dinamika politik PSU di Banjarbaru jika berbanding dengan PSU di kab/kota lain di Indonesia. Sebab rata-rata PSU terkait soal selisih hitungan suara antar paslon menjelang PSU terlihat berlangsung keras dan saling merebut simpatik. Sementara PSU di Banjarbaru terkait putusan MK soal Kotang Kosong yang masih ada gambar paslon, justru seperti tenang-tenang saja. Artinya belum nampak jelas langkah-langkah kongret paslon Lisa-Wartono dalam rangka mempengaruhi pemilih.
“Tapi jangan dikira, sebagaimana pepatah Air beriak tanda tak dalam, tetapi air yang tenang ada buaya. Saya kira tim Paslon Lisa-Wartono menggunakan pendekatan Soft Power yakni konsep yang merujuk pada kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi orang lain atau situasi politik dengan cara yang tidak terlalu keras atau tidak terlalu terbuka,” ujarnya.
Meski Lisa Wartono banyak mendapat framing negatif, Taufik meyakini warga Banjarbaru dan aktifis tidak nampak juga riak -riak terkait PSU. Kecuali pembicaraan-pembicaraan yang tidak muncul secara gamblang.
“Saya menduga ini cara cerdas. Pihak – pihak tertentu akan memanfaatkan dengan framming liar. Selama ini seakan-akan kesalahan semuanya tertuju pada paslon Lisa-Wartono dan menafikan adanya putusan pelanggaran dari paslon 2. Inilah realitas di Banjarbaru,” ungkap Dr. Taufik Arbain.
Paslon Lisa Wartono Gunakan Soft Power
Ia menambahkan, tensi sebagai civil society yang mendorong pada demokrasi partisipatif akan semakin meningkat. Kemungkinan partisipatif warga Banjarbaru akan tetap aktif dalam PSU dalam memberikan hak suara dengan 3 dinamika : (1) Adanya persepsi untuk tetap memilih Paslon Lisa-Wartono (2) Kemungkinan tetap pada pilihan dominan memilih kotak Kosong (3) Adanya perubahan persepsi dari semula memilih kotak kosong, beralih memilih Lisa_wartono. Tentu saja timses Lisa-Wartono saat ini seakan dengan cara silent moving dan soft power akan gigih merebut suara 25% guna menambah hasil 35% sebagaimana pilkada 28 November l2024 lalu.
” Cara soft power saat ini justru cara yang bijak dalam menghadapi dinamika politik yang gegapgempita oleh framming penggiringan opini sebagai efek dari demokratisasi. Maka dari itu kedewasaan dan kecerdasan menyikapi situasi ini sangatlah penting dalam memenangkan pertarungan PSU yang akan datang,” ungkap Jebolan Doktor Fisipol UGM ini.
Apakah Lisa_Wartono akan mampu merebut hati pemilih warga Banjarbaru? Ia meyakini KPUD dan Bawaslu Kota meyakinkan pada publik proses PSU ini berlangsung sebagaimana harapan publik tidak ada intervensi pihak manapun, meminimalkan framming kontraproduktif penggiringan opini, apalagi Pak wartono mengundurkan diri sebagai sikap menjunjung etika politik, serta meyakinkan publik kapasitas memimpin sebuah Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan
“Harus disadari bahwa warga Banjarbaru sebenarnya masyarakat yang berada pada level kapasitas Aktivisme Sosial. Di mana masyarakat memiliki peran aktif dalam mengadvokasi perubahan sosial dan politik, serta dalam mempromosikan keadilan dan kesetaraan,” bebernya.