TERGUSUR sebab transportasi online. Tersingkir karena trayek BTS Banjarbakula yang melebar hingga Martapura. Sopir angkot di Terminal Pasar Batuah merasa dilema dan serba salah. Bagaikan buah simalakama.
Penghasilan semakin menyusut, bahkan nihil lantaran semua penumpang beralih, dan peminat angkot sendiri sudah menyusut.
Dalam sehari para pengemudi hanya mampu mendulang cuan Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu, itu akan tambah sedikit jika dipotong untuk beli bensin dan sarapan siang.
“Bukannya tidak bersyukur, namun itu faktanya, bahkan ada yang tak ada pemasukan sama sekali dalam sehari,” keluh Salman, salah seorang sopir angkot.
Sopir lainnya, Anang Gayung bernasib mirip Salman, bahkan lebih parah. Untuk bertahan hidup, ia terpaksa menjual beberapa bagian spare part angkotnya. Mulai ban serep, besi sampai kerangka mesin.
“Seperti temanku Ahmad. Setelah jual semua bagian angkot, ia merangkai bentor. Modalnya njot-njotan,” tutur Anang Gayung, sembari mengusap jidatnya dengan handuk kecil yang tersampir di bahu.
Di samping itu, terkadang mereka kesal melihat ojol (ojek online) yang mengantarkan penumpang. Rasa iri, tentu ada. Tapi bagaimana lagi? Rezeki sudah ada yang ngatur.
“Kami tak ada pekerjaan lagi selain menjadi sopir angkot ini. Mau bikin usaha dari nol, tak ada modal. Uang sehari-hari cuma asal bisa bikin asap ngepul didapur dan beli bensin.” ujar Anang Gayung tertunduk lesu.
Mendengar adanya perluasan rute BRT Banjarbakula yang melebar hingga Martapura, gabungan sopir angkot kompak menolak dan protes terhadap kebijakan yang sudah berjalan sejak awal September tadi.
“Kami tahu itu bus dari bulan lalu. Jika begini, pemerintah artinya tidak berpihak kepada kami. Padahal mereka tahu, kami sudah sepi penumpang. Kenapa harus ada kebijakan seperti ini? Mau makan apa kami?”
“Jurusan Martapura ke Landasan Ulin sudah mati. Tidak ada penumpang lagi yang dibawa ke arah sana. Sebab setiap penumpang, setiap halte, diambil bus,” tandas Anang Gayung
Hasil penolakan, Dinas Perhubungan Kalsel telah menghentikan sementara operasi bus tayo sejak Selasa (3/9) kemarin. Masih belum diketahui penyebab utamanya. Pengumuman terpampang di akun sosial media BRT banjarbakula.
“Pengumuman tanggal 3 September 2024 sampai waktu yang belum ditentukan koridor 1A dan 1B, hanya sampai terminal simpang 4 Banjarbaru terimkasih,” begitu imbauannya.
Kepala Dishub Kalsel Fitri Hernadi mengatakan, pemberhentian tersebut operasi tayo itu menunggu sampai ada rekonsiliasi feeder oleh Kabupaten Banjar melalui Dishub Kabupaten Banjar agar aspirasi Organda dilibatkan sebagai feeder.
“Sebenarnya Dishub Kabupaten Banjar dengan Organda sudah beberapa kali melakukan rapat dan telah tercapai komitmen bersama untuk bersinergi dalam pelayanan angkutan umum,” ungkapnya.
Fitri berharap semoga secepatnya komitmen tersebut bisa segera diimplementasikan, agar masyarakat yang memerlukan angkutan umum massal yang murah, berkeselamatan serta memenuhi standar di Kabupaten Banjar.
“Insyaallah kolaborasi Bus Trans Banjarbakula dengan feeder yang dikelola Kabupaten Banjar dapat segera mengaspal hingga Darussalam,” pungkasnya.