Pakar Sebut Tagline ‘Urang Banjar’ Rentan Dengan Isu SARA

oleh
oleh
Pakar Komunikasi Politik UNISKA MAB, MS Shiddiq. (Foto: ist)

KALSELMAJU.COM, BANJARBARU – Bakal calon kepala daerah pada kontestasi Pilkada sering mengolah Tagline unik agar mempromosikan program kerja lima tahun kedepan.

Misal Kabupaten Banjar, penggunaan tagline ‘Urang Banjar’ oleh salah satu bakal pasangan calon menimbulkan diskusi menarik dari sudut pandang komunikasi politik.

Menurut Pakar Komunikasi Politik UNISKA MAB, MS Shiddiq mengatakan ada beberapa aspek penting yang harus dianalisis, termasuk relevansi tagline tersebut dengan konteks sosial budaya masyarakat Kabupaten Banjar, potensi dampak terhadap simpati pemilih, serta risiko terkait isu SARA.

Makna dan relevansi tagline ‘Urang Banjar’ dalam budaya Banjar, identitas kedaerahan memiliki makna yang kuat.

“Secara harfiah berarti orang Banjar, yang merujuk pada penduduk asli atau kelompok masyarakat yang memiliki keterikatan dengan nilai-nilai tradisional Banjar. Tagline ini pada dasarnya ingin menonjolkan kedekatan calon dengan budaya, sejarah, dan identitas lokal,” tuturnya, Kamis (12/9/2024).

“Di sini, identitas lokal dapat memainkan peran penting dalam membangun kepercayaan dan kedekatan emosional antara kandidat dan pemilih,” ucapnya.

Menggunakan tagline berbasis identitas lokal seperti “Urang Banjar” memiliki potensi besar untuk menarik simpati dari pemilih, terutama kalangan masyarakat yang merasa bangga dengan identitas kedaerahan mereka.

Konteks budaya Banjar yang mengutamakan kekerabatan, nilai-nilai kebersamaan, dan keterikatan sosial memberikan ruang bagi calon yang menggunakan narasi berbasis identitas lokal untuk diterima dengan baik oleh pemilih.

Namun, ada catatan penting bahwa tagline ini akan efektif jika digunakan dengan bijaksana. Masyarakat Banjar tidak hanya mempertimbangkan faktor identitas, tetapi juga integritas, kompetensi, dan rekam jejak calon. Oleh karena itu, tagline “Urang Banjar” bisa menjadi pintu masuk untuk membangun hubungan emosional, tetapi calon harus tetap menunjukkan kemampuan nyata dalam memecahkan permasalahan di daerah tersebut.

Meskipun tagline “Urang Banjar” menonjolkan identitas lokal, ada potensi risiko terkait dengan isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan). Jika tidak terkelola dengan baik, narasi berbasis identitas lokal dapat memicu sentimen eksklusif, yang bisa sebagai persepsi pembatasan bagi kelompok-kelompok lain di Kabupaten Banjar yang bukan dari etnis Banjar.

“Kalau saya jadi calon, saya akan berhati-hati dalam menggunakan tagline seperti ini, agar tidak jatuh ke dalam jebakan politik identitas yang memecah belah,” ungkapnya.

Visited 1 times, 1 visit(s) today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *