KALSELMAJU.COM – Belasan Wartawan terlihat antusias mengikut Field Trip Pers Goes To Geopark Meratus yang diadakan
Badan Pengelola Geopark Meratus selama dua hari, Sabtu (9/12/2023)
Kegiatan yang dibagi menjadi dua kelompok ini, diajak untuk melihat 54 situs warisan (Geosite) yang terbagi menjadi empat rute.
Tim Kalselmaju dan rombongan, kali ini diajak menilik keajaiban dan keindahan wisata susur sungai yang masuk dalam Geoside Rute Barat dengan 9 situs berjarak 85 kilometer.
Keterbatasan waktu membuat Badan Pengelola Geopark Meratus yang dipimpin Hanifah Dwi Nirwana selaku Ketua mengajak rombongan hanya menghampiri 5 geosite saja.
Geosite pertama adalah Pasar Terapung Lok Baintan Kabupaten Banjar.
Ditetapkan Pasar Terapung sebagai Geosite bukan hanya karena kekhasan masyarakat yang berdagang di Sampan, melainkan karena sejarah pembentukan sungainya.
“Menurut sejarah, sungai ini dulu terbentuk karena sungai Martapura dan Barito Tabrakan karena imbas dari diangkatnya Pegunungan Meratus 5-1 juta tahun yang lalu”jelas Hanifah kepada wartawan.
Rombongan melanjutkan perjalanan Geosite kedua di Rute Barat yakni Museum Wasaka.
Kemudian lanjut ke situs warisan Kampung Sasirangan Sungai Jingah Banjarmasin Utara.
“Geosite itu bukan melulu soal batu-batuan saja, tapi juga warisan tak benda seperti sasirangan”terang Hanifah.
Ia berkomitmen untuk membuat Kampung Sasirangan menjadi daerah yang bebas limbah kimia.
“Kita akan berkordinasi untuk menciptakan Kampung sasirangan yang green”tegasnya.
Usai mengabadikan dan melihat proses pembuatan Kain Sasirangan, rombongan kembali ke Kelotok untuk melanjutkan perjalanan menuju Desa Pulau Sewangi
Desa Berjulukan “Kampung Seribu Jukung”ini ternyata menyimpan keajaiban.
Selain warganya yang ramah, Desa sewangi juga kerap dikunjungi turis asing karena keunikannya dalam memproduksi Sampan (Perahu).
“Banyak turis yang datang berkunjung kesini, ada yang dari Australia, Jepang, hingga Paris”kata Kepala Desa Sewangi, Syarifah Saufiah.
“Kami juga bisa mengolah limbah hasil kayu bernilai ekonomis berkat Badan Pengelola Geopark Meratus”tambah Syarifah.
Perjalanan kembali dilanjutkan ketitik terakhir, yakni Geosite Pulau Curiak di Barito Kuala.
Pulau ini, dikembangkan oleh Tim Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Lambung Mangkurat (ULM) sebagai sektor wisata minat khusus tanpa mengganggu keberlangsungan kehidupan satwa dan tumbuhan yang ada di dalamnya.
“Sejak melakukan penelitian pada tahun 2015 lalu, kini populasi bekantan terus bertambah hingga 42 Ekor, dan mereka bisa hidup berdampingan dengan warga yang ada disini”pungkas Amalia Rezeki Founder Yayasan SBI
Ia juga menambahkan selain menjaga dan mengembang biakan Hewan Endemik Kalsel tersebut, SBI juga melakukan program restorasi mangrove rambai.
“Restorasi Mangrove rambai juga selain menjadi pakan bekantan, ternyata dapat sebagai mitigasi perubahan iklim yang serapannya 3 sampai 4 kali lebih besar dari hutan tropis”tutup Amel (elsa)