Pengamat Kalsel Sebut Jokowi Cerdik Membaca Situasi Politik

oleh
FOTO: Akademisi FISIP ULM Arif Rahman Hakim Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan I Dok. Pribadi Arif Rahman Hakim
Latest Post
{"ticker_effect":"slide-v","autoplay":"true","speed":3000,"font_style":"normal"}

KALSELMAJU.COM, BANJARBARU – Pengamat politik Arif Rahman Hakim menilai Jokowi handal dalam membaca situasi politik.

“Karir Jokowi dalam kontestasi politik telah menjadi catatan sejarah yang bisa dikatakan cemerlang”kata Arif kepada Kalselmaju.com, Senin (19/2/2024)sore.

Latest Post
{"ticker_effect":"slide-v","autoplay":"true","speed":3000,"font_style":"normal"}

Arif menerangkan, sekedar menyegarkan ingatan, sejak 2005 Jokowi berhasil menjadi Wali Kota Surakarta, hingga akhir masa jabatannya.

Kemudian, sepak terjak Jokowi dibuktikannya dengan memberanikan diri untuk mengikuti kontestasi menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 2012 dan terpilih.

“Tak lama menjadi Gubernur DKI Jakarta, atau hanya 2 tahun. Jokowi maju menjadi calon presiden, dan ia pun terpilih dan menjabat sebagai orang nomor satu di Indonesai selama 2 tahun”terang Arif Rahman Hakim.

Hal mengejutkan kembali dilakukan Jokowi, diakhir masa jabatannya, meski harus bersikap netral, sebagai orangtua Jokowi merestui setiap langkah yang diambil oleh Calon Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang kini memiliki suara tertinggi berdasarkan hasil real count KPU sementara 2024.

“Kalau mengamati dari komunikasi politik, Jokowi mampu menempatkan diri sedekat mungkin dengan pemilih akar rumput,”tambahnya.

Dosen FISIP ULM tersebut ini juga mengakui strategi ini sangat efisien dalam memikat hati mereka dan bahkan bisa melekat cukup lama yang cenderung menjadi pendukung fanatik.

Tak hanya itu, kemampuan Jokowi menepis isu-isu atau kritik pedas terhadap dirinya juga terbilang handal.

“Karena itulah pada serangan bertubi-tubi kepada dirinya tidak begitu signifikan merubah pilihan politik di akar rumput,” imbuhnya.

Kemudian Arif juga menyoroti sosok Gibran yang tidak jauh berbeda dengan gaya Jokowi. Komunikasi politik yang terbilang unik.

“Unik itu bisa dilihat cenderung dibaluti guyonan yang masih relevan dengan perilaku pemilihkita,” ungkapnya.

Dari kacamata Arif, bagaimanapun perilaku pemilih cenderung menyukai narasi-narasi kerakyatan yang mudah mereka cerna dan pahami.

“Sebab, masyarakat agak alergi dengan narasi-narasi yang terlalu normatif”ujar Akademisi yang juga masih aktif menulis sebagai jurnalis disalah satu media besar di Kalsel.

Di sisi lain, disebutkan Arif bahwa Jokowi bisa dibilang cerdik membaca situasi politik dan dia mampu menempatkan diri di bagian mana yang disukai masyarakat pada fase waktu tertentu.

“Karir Jokowi dalam kontestasi politik telah menjadi catatan sejarah yang bisa dikatakan cemerlang”pungkasnya.

Latest Post
{"ticker_effect":"slide-v","autoplay":"true","speed":3000,"font_style":"normal"}

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *