Menunggu Pimpinan Baznas Berintegritas

oleh
oleh

Catatan Pagi Syarbani Haira

*Penulis adalah Pemerhati Islam, Politik dan Pembangunan Masyarakat Kalsel.

KALSELMAJU.COM – BELUM lama ini, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan bersama Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Selatan mengadakan seleksi penerimaan pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kalsel. Tercatat ada 29 pelamar, dan 10 di antaranya telah diumumkan berhak melanjutkan ke tahapan berikutnya. Dari 10 nama tersebut, 5 orang akan ditetapkan melalui surat keputusan (SK) menjadi komisioner setelah mendapat persetujuan dari Baznas RI. Sementara 5 lainnya menjadi calon pergantian antarwaktu (PAW), barangkali ada yang mengundurkan diri (seperti saya dulu), atau wafat seperti almarhum Ustadz Gurdani.

Sementara itu, para peserta yang tidak lolos umumnya adalah orang-orang hebat, sebagian di antaranya saya kenal baik. Misalnya Ridwan Masykur (Ketua Baznas Kota), Mawardi Hatta dan Thamsya (incumbent Baznas Kalsel), Kiai Syahfuddin (Baznas Kabupaten Banjar), Kiai Nasrullah (Sekretaris MUI Kalsel), Haji Makhmud (pensiunan pengadilan agama), Abdul Hamid (pensiunan Pemprov), Ustadz Zakaria (aktivis NU Kalsel), serta beberapa tokoh lain yang sebagian saya sudah lupa. Termasuk juga istri saya, Hajjah Nurmilati A.M., satu-satunya perempuan peserta seleksi, mantan Kepala Bidang yang mengurusi zakat dan wakaf di Kanwil Kemenag Kalsel.

Belakangan, muncul sejumlah keluhan dan protes. Misalnya soal komposisi tim seleksi. Banyak yang berpendapat, seharusnya tim seleksi terdiri dari kalangan profesional dan seluruhnya minimal berpendidikan sarjana, dengan jumlah lima orang pewawancara agar penilaian lebih objektif. Tes kompetensi memang sudah menggunakan komputer, tetapi nilainya tidak langsung keluar. Selain itu, untuk tingkat provinsi, seharusnya peserta minimal berpendidikan sarjana, bukan lulusan SMA atau sederajat. (Semoga tidak menimbulkan kegaduhan).

Pertanyaannya, apakah pimpinan Kemenag Kalsel tidak mengetahui regulasi tersebut? Padahal, Kementerian Agama sendiri merupakan leading sector dari proses seleksi ini.

Integritas, Kunci Mengembalikan Kepercayaan Ummat pada Baznas

Di luar persoalan itu semua, saya hanya berharap pimpinan Baznas ke depan benar-benar berintegritas. Jangan sampai seperti kasus ketua Baznas sebelumnya yang pernah terperiksa KPK akibat operasi tangkap tangan (OTT). Untungnya kasus itu tidak berlanjut. Jika diteruskan, mungkin akan ada korban dan Baznas kehilangan kepercayaan publik.

Saya masih ingat kejadian lima tahun lalu, sesaat setelah kami dilantik. Saat itu, saya—Syarbani Haira—terpilih sebagai ketua dengan memperoleh tiga suara, sementara Irhamsyah Safary mendapat dua suara. Rupanya ada pihak dari staf Kesra yang tidak sepakat. Akhirnya, Saudara Drs. H. Muhammad Rafi’i, M.M. (incumbent saat ini dan juga masuk 10 besar seleksi), dengan lantang meminta pemilihan ulang. Terjadi deadlock tanpa keputusan. Saya pun memilih pulang dan meninggalkan lokasi.

Beberapa hari kemudian, panitia datang meminta tanda tangan pada sebuah berkas. Isinya tidak saya baca. Sebagai warga Nahdlatul Ulama (NU), saya diajarkan untuk tidak melawan secara berlebihan. Saya percaya, orang yang berbuat zalim akan tampak kezalimannya di hadapan Tuhan. Bagaimanapun, dunia ini hanya sementara. Maka ketika ada kesempatan untuk mundur dari Baznas, saya pun memilih mundur—dengan alasan yang baik.

Sungguh, saya tidak bisa melupakan kejadian lima tahun lalu. Saat itu, saya menyaksikan sendiri ada manusia yang tega menjilat ludahnya sendiri; keputusan yang sudah ditetapkan kemudian dicabut kembali.

Harapan saya, baik Pemerintah Provinsi Kalsel maupun Kementerian Agama Kalsel tetap berpegang pada regulasi yang berlaku. Niatkan pengelolaan Baznas ini semata-mata untuk kemaslahatan umat. Jangan sampai ada lagi pimpinan yang tidak berintegritas, entah karena kepentingan politik, ekonomi, maupun sosial.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah kepada kita semua. Aamiin.

Salam Pancasila

Salam Nusantara

Visited 1 times, 1 visit(s) today